Thursday, July 02, 2009

Dan saya melepasnya..

Tengah baca buku LDL, jd inget someone niy. Di buku itu ada kisah sukses naik pelaminannya pasangan yg ketemu lewat internet. Ada beberapa kisah malah; dan itu bikin my mind goes to some years ago.
His name was Mohammed Noman. Nomi. Dari wilayah historis di India, Rajastan.
Ceritanya sy ni orang yg suka nyoba2 ga jelas; salah satunya sy pernah daftar di salah satu site muslim matrimonial gitu ekekeke... Nah, dari sana lah sy bertemu sm that guy.
Penjajakan n pertukaran pendapat kami lakukan melalui email2 panjang n chatting. Kalo telp sih cuma sekali, kasian kan mahal. Sy suka bila bertukar pendapat dengannya, lagi pula 'kayanya' dia brasal dari keluarga baik2, 'katanya' dia lagi kuliah doktoral sambil kerja, 'katanya' dia sholat lima waktu, 'katanya' tidak minum atau pun merokok...
Ah.. Kayanya dan katanya..
Walau sy tidak meragu, I'm a naive person actually, namun sy pikir akan sangat membantu jika ada mediator yg bisa melihat langsung kehidupannya disana. Ada sih suaminya temen kakak di India, tp lokasinya jauh banget dari tempat Nomi. Duh, ga mau ah bikin repot orang. Tp di lain pihak, sy belum mapan utk mengutus kakak atau siapa lah utk 'menyelidiki' orang yg makin lama makin sy sayangi itu.
Setelah beberapa bulan berbagi hari2 di dunia maya, dia bilang akan datang ke Indonesia untuk menemui sy. Kali pertama untuk meminta izin meminang pada orangtua sy, kali kedua adalah dengan keluarganya -untuk menikah.
Very beautiful plan eh? Tp bagaimana jika tyt apa yg sy atau dia bayangkan atas masing2 'calon' berbeda dari bayangan? Sering sy tanyakan hal itu pada Nomi, namun dia hanya menjawab: Percayakan pada Allah! Niat kita baik, Allah akan membantu!
Sy percaya, atau setidaknya berusaha percaya.
Namun kenapa keluarga sy tidak?
Kenapa teman2 sy tidak?
Mengapa mereka bilang sy membeli kucing dalam karung?
Nomi, sy ingin percaya. Namun sy tidak bisa mengabaikan pendapat orang2 terdekat sy.
"Ya Allah, jika bukan jodohku, maka jauhkanlah.."
Sy orangnya suka 'ga enakan' sm orang; sungkan2 gitu. Bila Nomi terlanjur datang, sy bisa hampir dipastikan tidak bisa menolak pinangannya. Keluarga juga walaupun tidak terlalu mendukung, sy rasa akan mnyerahkan semua keputusan pada sy. Bagaimana bisa sy menghandle semua itu? Bila Nomi sudah jauh2 datang utk sy?
Waktu yg direncanakan Nomi utk datang makin dekat. Namun tentangan keluarga dan kerabat (walau ada yg mendukung juga siy) mgkn pertanda jawaban doa sy. Sy ambil langkah nekat. Sy bilang ke Nomi: "I'm not ready for this. Jgn datang. Setidaknya jgn dalam waktu dekat."
Kabar itu mengejutkan Nomi. Katanya dia lgsg izin dari kantor, keluar ke taman untuk menenangkan diri. Antara bingung, sedih dan mgkn marah, dia bertanya:
"Yes or no?"
"Give me time". Karena sesungguhnya sy jg bingung dengan keputusan sy.
"I can't. Kamu bilang kamu ingin menikah"
"Iya. Tapi aku takut"
"Allah akan menjaga kita, Jaan"
"..."
"Yes or no?"
"No"
Sy merasa lemah. Iya, sy melepasnya..

No comments: